Minggu, Januari 13

Asal Muasal Fotografi Perjalanan

      Jika saya ditanya Steven Spielberg tentang siapa tokoh yang ingin dia buatkan film, maka saya akan menjawab Maxime Du Camp dan Gustave Flaubert. Merekalah yang pertama kali membuat fotografi perjalanan saat menjelajah Mesir, Afrika Utara, serta Timur Tengah pada 1849.
Foto: Imaging Resource
 

      Kisah kedua pria Prancis itu, tulis Steve Meltzer di Imaging Resource, bisa bikin cerita Indiana Jones tidak ada apa-apanya. Meltzer, yang mengetahui kisah Du Camp dan Flaubert dari sebuah buku tua berjudul Flaubert in Egypt yang diperolehnya di pasar loak, mengatakan bahwa kisah ini tidak banyak diketahui orang tapi sangat mengagumkan.
      Kisah keduanya bermula ketika Flaubert putus kuliah pada 1849 dan menganggur. Sang kawan, Du Camp, menyarankan mereka untuk pergi jauh dan mengambil gambar monumen “Orient”. Kesempatan itu tidak disia-siakan Flaubert. Saat musim dingin, mereka berangkat dengan kapal menuju Alexandria, Mesir.
      Jangan bayangkan perjalanan mereka mudah–pada saat itu perjalanan paling baik pun jauh di bawah standar perjalanan wisata saat ini. Mereka harus menghadapi berbagai bahaya meskipun di tempat yang indah. Mereka berhadapan dengan bandit-bandit serta pemberontak anti pemerintah. Keduanya pernah ditangkap dan dituduh mata-mata. Mereka mengarungi Sungai Nil dengan kapal kecil, “bersama kru yang bahkan ditakuti Jack Sparrow,” tulis Meltzer.
       Perjalanan tersebut juga membawa mereka bertemu dengan wanita-wanita dari berbagai suku, penari perut, serta pelacur. Alkohol dan obat-obatan eksotik juga pernah mereka rasakan.
Dengan berbagai petualangan tersebut, Du Camp dan Flaubert tetap fokus pada misi mereka sehingga lahirlah foto-foto yang merekam keajaiban dunia buatan manusia, seperti piramida, patung Aswan, Sphinx, dan lainnya. Foto-foto itu kemudian dipercaya sebagai fotografi perjalanan yang pertama.
Pada masa itu, kebanyakan buku mengenai suatu tempat hanya dilengkapi lukisan. “Lukisan yang pernah saya lihat tidak ada yang dapat menyampaikan maksud Sphinx. Yang terbaik adalah foto yang diambil Max,” tulis Flaubert dalam catatan hariannya. Du Camp sendiri menulis, “Saya pucat, kaki jadi lemas. Saya tak yakin apa pernah seterharu saat ini.”

Kamera Du Camp
   Du Camp, yang pernah belajar fotografi, menggunakan kamera dari kayu bernama Calotype. Ia juga membawa tripod dan cairan kimia berkendi-kendi banyaknya.Sebetulnya Calotype bukanlah tipe kamera paling trendi saat itu. Popularitasnya kalah dengan kamera Dauguerreotype karena Dauguerreotype bisa menghasilkan gambar dengan detail yang lebih baik. Akan tetapi, Calotype menang dalam hal dimensi. Ukurannya yang kompak dan mudah dibawa membuat Du Camp menjatuhkan pilihan pada kamera tipe itu. Selain itu, Calotype menggunakan kertas tulis biasa untuk merekam gambar.
Setiap kali tiba di lokasi pemotretan, Du Camp meminta asistennya membuat tenda untuk kamar gelap. Setelah menempatkan kameranya di atas tripod, Du Camp mengambil gambar. Setelah mengambil gambar, Du Camp membawa kertas ke dalam tenda kamar gelap dan menyemprot kertas dengan cairan kimia untuk memprosesnya.
Karena saat itu belum ada pengukur cahaya, exposure yang benar didapat dengan teknik trial and error. Artinya, Du Camp harus mondar-mandir kamar gelap untuk mendapatkan foto yang tepat. Siapa yang pernah merasakan sensasi memotret seperti itu?
Ah mudah-mudahan film tentang fotografi perjalanan pertama ini difilmkan. Tidak mesti Spielberg, siapa pun boleh!
(Alex Pangestu)

http://fotokita.net/blog/2012/11/asal-muasal-fotografi-perjalanan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar